BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
WAQOF
Waqof menurut bahasa mempunyai arti berhenti atau menahan.
Sedangkan menurut istilah (ilmu tajwid) pengertian waqof adalah berhenti
sejenak ketika membaca suatu lafadz atau kalimat yang terdapat tanda waqof guna
mengambil nafas untuk melanjutkan kembali bacaan ayat selanjutnya.
Selain waqof, terdapat juga wasal. Wasal berarti terus
dibaca atau bersambung. Membaca Al-Qur’an dengan wasal artinya jika ada
tanda baca wasal, cara membacanya diteruskan atau disambung dengan kalimat
berikutnya. Tanda waqof dan wasal ini sering disebut dengan nama tanda-tanda
waqof.
Arti dan fungsi waqof (وَقَفْ menurut Ilmu Tajwid) Ditinjau
dari segi bahasa waqof mempunyai arti berhenti atau menahan. Adapun dalam ilmu
tajwid, pengertian waqof adalah berhenti sejenak ketika membaca suatu lafadz
atau berhenti sebentar pada kalimat yang terdapat tanda waqof guna mengambil
nafas untuk melanjutkan kembali bacaan ayat selanjutnya. Berbeda dengan wasal
yang punya arti sambung atau terus. Artinya ketika membaca ayat al-Qur’an boleh
diteruskan dan tidak perlu menghentikan bacaan.
B. HUKUM
BACAAN WAQOF
Hukum bacaan waqof dalam kitab suci al-qur’an
1.
Ketika
berhenti di akhir kalimat yang berharakat sukun (mati), maka ketika berhenti
atau waqof, dalam membacanya tidak ada perubahan sama sekali.
Contohnya:
فَارْغَبْ — فَحَدِّ ثْ — اَعْمَالَهُمْ (tetap
dibaca a’maalahum, fahaddits – dan farghab )
2.
Ketika
kita berhenti atau waqof pada suatu kalimat, yang akhir kalimat tersebut tidak
berharakat sukun (mati) alias hidup. Baik berharakat fathah (َ ), kasrah (ِ),
dan dhammah (ُ ). Maka huruf terakhir yang ada pada kalimat tersebut dibaca
sukun (mati).
Contohnya:
Lafadz اْلبَلَدِ (al-baladi) dibaca menjadi
الْبَلَدْ (al-balad), lafadz خَلَقَ (Khalaqa) dibaca menjadi خَلَقْ (khalaq).
3.
Ketika
berhenti atau waqof yang kalimatnya punya akhiran ta’ marbuthah (ة ), baik
letaknya di tengah ataupun di akhir kalimat. Maka, membacanya adalah dengan
mengganti huruf ta’ marbuthah (ة ) tersebut dengan huruf ha’ (هْ) yang dibaca
sukun (mati).
Contohnya:
Kata أخِرَةٌ – القَارِعَةُ — جنّةٌ dibaca
menjadi أخِرَهْ — القَارِعَه — جَنَّهْ .
4.
Ketika
berhenti atau waqof pada akhir kalimat, tetapi huruf sebelum waqof tersebut
berharakat (hidup), baik fathah, kasrah maupun dhammah. Untuk membacanya, maka
dua huruf yang terletak pada akhir kalimat tersebut dibaca sukun semuanya. Atau
dengan membunyikan semua huruf tersebut, tapi huruf yang terakhir dibaca suara
yang pelan.
Contohnya:
Lafadz بِالْهَزْلِ dibaca menjadi باِلْهَزْلْ
atau بِالْهَزْلِ (tapi harakat huruf lam dibaca pelan), Lafadz اَلصَّدْعِ
dibaca menjadi اَلصَّدْعْ atau اَلصَّدْعِ (tapi harakat huruf ‘ain dibaca
pelan).
5.
Ketika
berhenti pada akhir kalimat, tapi sebelumnya ada bacaan mad ashli atau mad
layyin (bacaan mad yang huruf sebelumnya berharakat fathah) . Maka cara membaca
kalimat tersebut adalah dengan mematikan huruf yang terletak di akhir kalimat
tersebut, dengan dipanjangkan sedikit antara dua sampai empat harakat.
Contohnya:
نْ خَوْفٍ
— وَٱلصَّيۡفِ — الحَكِيْمُ — يَشْعُرُوْنَ .
6.
Ketika
berhenti di akhir kalimat, tetapi huruf akhirnya berharakat fathah tanwin ( ً
), maka cara memberhentikan bacaan tersebut adalah membaca harakat fathahnya
saja sebanyak dua harakat. Sehingga ketika berhenti bacaannya menjadi bacaan
mad ‘iwadh.
Contohnya:
Lafadz
اَفْوَاجًا dibaca menjadi افْوَاجَا , kemudian lafadz سَلاَ مًا dibaca menjadi
سَلَا مَا
C. JENIS-JENIS
WAQ0F
Jenis waqof ini ada empat:
1.
Waqof Taamm (وَقَفْ تام). Waqof yang sempurna.
Disebut demikian karena memberhentikan suatu bacaan secara sempurna, tidak
terputus di tengah – tengah ayat atau bacaan. Sehingga tidak mempengaruhi makna
dari suatu ayat yang tengah dibaca. Karena tempat berhentinya tidak berkaitan
dengan ayat atau makna sebelum atau sesudahnya.
2.
Waqof Kaaf (وَقَفْ ﻛﺎﻒ). Waqof yang wajar
alias pas. Disebut demikian karena memberhentikan suatu bacaan dengan sempurna.
Tidak terputus di tengah-tengah ayat atau bacaan. Tetapi sebenarnya ayat
tersebut masih mempunyai kaitan dengan arti dan ayat sesudahnya .
3.
Waqof Hasan (وَقَفْ ﺣﺴﻦ). Waqof yang baik.
Disebut demikian karena memberhentikan bacaan tanpa mempengaruhi dari arti dan
ayat sesudahnya. Namun, secara bacaan ayat tersebut masih berkaitan dengan ayat
sesudahnya.
4.
Waqof Qabiih (وَقَفْ ﻗَﺒﻴْﺢ). Waqof yang buruk.
Memberhentikan bacaan secara tidak sempurna. Atau berhenti di tengah-tengah
ayat. Usahakan untuk menghindari waqof ini, karena ketika berhenti di sini,
lafadz dan arti yang kita jadikan waqof tersebut masih berkaitan dengan lafadz
dan arti sesudahnya. Sehingga bisa membuat arti yang berbeda pula pada suatu
bacaan.
D.
TANDA-TANDA
WAQOF
Berikut ini tanda waqof yang sering
ditemukan dalam Al-Qur'an :
1.
Waqof
La Washal tanda waqof
(لا) artinya
"tidak boleh berhenti". Jika terdapat tanda waqof ini di tengah ayat,
maka tidak diperbolehkan berhenti. Tetapi jika tanda waqof ini berada di akhir
ayat maka diperbolehkan berhenti.
Contohnya :
Terdapat dalam surat An-Nahl ayat 32 :
2.
Waqof Lazim tanda baca (م) berarti "harus
berhenti". Waqof lazim juga disebut waqof tamm (sempurna), karena tanda
waqof ini menandakan sempurnanya suatu kalimat. Jadi kalimat sebelumnya tidak
ada hubungannya dengan kalimat setelahnya.
Contohnya :
Terdapat dalam surat Al-An’aam ayat 20 :
3.
Waqof Waqfu Aula tanda waqof (قال) berarti
"diutamakan berhenti". Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqof
ini, diutamakan berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut.
Contohnya:
Terdapat dalam surat Al-Maaidah ayat 3 :
4.
Waqof
Muraqabah/Mu'anaqah tanda
waqof (.’. ....
.’.) artinya
"berhenti disalah satu tanda". Waqof ini akan selalu muncul sebanyak
dua kali, dan kita harus berhenti disalah satu tanda waqof tersebut.
Contohnya :
Terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 2 :
5.
Saktah
(ساكته) tanda waqof (س) "Berhenti sejenak tanpa bernafas".
Jadi apabila terdapat tanda waqof tersebut, maka anda harus berhenti sejenak
sehingga memutus bacaan tetapi tidak diperbolehkan bernafas.
Di dalam
Al-Qur’an Saktah hanya ada 4 tempat, yaitu:
·
Di
dalam surah Al-Muthaffifin, ayat 14.
·
Di
dalam surah Al-Qiyaamah, ayat 27, yaitu :
·
Di
dalam surah Yaasiin, ayat 52.
·
Di
dalam surah Al-Kahfi, ayat 1.
6.
Waqof Jaiz tanda waqof (ج) artinya "boleh
berhenti atau boleh melanjutan". Contohnya :
Terdapat pada surat
Az-Zukhruf ayat 35 :
7.
Waqof Waslu Ula tanda waqof (صلى) berarti
"diutamakan untuk melanjutkan ". Apabila menjumpai tanda waqof, kita
boleh berhenti atau melanjutkan. Tetapi lebih diutamakan untuk melanjutkan.
Terdapat pada surat
Az-Zukhruf ayat 44 :
Tanda
waqof lain yang jarang ditemukan dalam Al-Quran
a) Waqof Mutlaq tanda
waqof (ط) artinya "harus berhenti". Jadi apabila
anda menemukan tanda waqof pada bacaan, maka anda harus berhenti.
b) Waqof
Mustahab tanda waqof (قيف) berarti "diutamakan
berhenti". Apabila tedapat tanda waqof ini dianjurkan untuk berhenti
daripada melanjutkan.
c) Waqof
Murakh-khas tanda waqof (ص) berarti "tidak berhenti".
Selama tidak menemukan alasan untuk berhenti atau kita kehabisan napas karena
panjangnya suatu ayat, maka kita meneruskan bacaan.
d) Waqof Qabih tanda waqof (ق) artinya
"diutamakan untuk melanjutkan". Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqof ini,
diutamakan melanjutkan bacaan.
e) Waqof Mujawaz tanda waqof (ز)
berarti "diutamakan untuk melanjutkan". Untuk tanda waqof mujawaz ini
anda dianjurkan untuk melanjutkan membaca.
f) Waqof Kadzalik tanda waqof (ﻙ) berarti "sama dengan waqof
sebelumnya". Jadi apabila anda menemukan tanda waqof ini, maka anda harus
menyamakan dengan tanda waqof sebelumnya.
E. CARA MEWAQOFKAN BACAAN DALAM AL-QUR’AN
1)
Jika
huruf terakhir berharakat sukun (mati), maka membacanya tida ada perubahan sama
sekali.
Contohnya:
فَارْغَبْ
— فَحَدِّ ثْ — اَعْمَالَهُمْ
(tetap
dibaca a’maalahum, fahaddits – dan farghab )
2)
Jika
huruf terakhir berharakat fathah, kasrah, dan dhammah, Maka
huruf terakhir tersebut dibaca sukun (mati).
Contohnya:
Lafadz اْلبَلَدِ (al-baladi)
dibaca menjadi الْبَلَدْ (al-balad), lafadz خَلَقَ (Khalaqa)
dibaca menjadi خَلَقْ (khalaq).
3)
Jika
huruf terakhir ta’ marbuthah (ة ),
baik letaknya di tengah ataupun di akhir kalimat. Maka, membacanya adalah
dengan mengganti huruf ta’ marbuthah (ة ) tersebut dengan huruf ha’ (هْ) yang
dibaca sukun (mati).
Contohnya:
Kata
أخِرَةٌ – القَارِعَةُ — جنّةٌ dibaca menjadi
أخِرَهْ — القَارِعَه — جَنَّهْ
4)
Jika
huruf terakhir berharakat (hidup), tetapi sebelumnya didahului huruf mati
(sukun), maka dua huruf tersebut dibaca sukun semuanya, tapi huruf yang
terakhir dibaca suara yang pelan.
Contohnya:
Lafadz
بِالْهَزْلِ (bil hazli) dibaca
menjadi باِلْهَزْلْ (bil hazl)
5)
Jika
di akhir kalimat, didahului bacaan mad ashli atau mad layyin
(bacaan mad yang huruf sebelumnya berharakat fathah) . Maka cara membacanya
dengan mematikan huruf yang terletak di akhir kalimat tersebut, dengan
dipanjangkan sedikit antara dua sampai empat harakat.
Contohnya:
مِنْ
خَوْفٍ — وَٱلصَّيۡفِ — الحَكِيْمُ — يَشْعُرُوْنَ
6)
Ketika
berhenti di akhir kalimat, tetapi huruf akhirnya berharakat fathah tanwin (
ً ), maka cara mewaqafkan bacaan
tersebut dengan membaca harakat fathahnya saja sebanyak dua harakat. Sehingga
ketika berhenti bacaannya menjadi bacaan mad ‘iwadh.
Contohnya:
Lafadz اَفْوَاجًا
dibaca menjadi افْوَاجَا , kemudian lafadz سَلاَ
مًا dibaca menjadi سَلَا مَا
·
atau
akhir suku kata terdiri dari huruf Hamzah berharakat fathah tanwnn [ءً] dibaca
fathah [ءَ] , seperti : مَاءً dibaca = مَائَا
·
atau
akhir suku kata terdiri dari Alif maqshurah dan sebelumnya berharakat fathah
tanwin [ ـً ى ] dibaca fathah [ ـَ ى], seperti : مُسَمًّى dibaca = مُسَمَّى
7)
Jika
huruf terakhir bertasydid, maka dimatikan tanpa menghilangkan fungsi
tasydidnya,
Contohnya :
مِنْـهُنَّ
dibaca مِنْـهُنّْ , خلَقَهُنَّ dibaca خَلَقَهُنّْ
8)
Hamzah
di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ؤ ] dimatikan bila waqaf, dan dibaca
pendek bila washal.
Contohnya :
يَـتَـفَـيَّـؤُا dibaca يَـتَـفَـيَّـأْ